Selasa, 10 Juni 2014, 14:16
--------------------
Hero Wijaya - SantriNews.com
Jambi – Aminuddin Ma’ruf akhirnya dipercaya menerima tongkat estafet kepemimpinan nasional Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), pada Kongres PMII XVIII yang berlangsung di Jambi mulai 30 Mei sampai 10 Juni 2014. Amin resmi terpilih sebagai ketua umum PB PMII untuk periode 2014-2016 secara demokratis setelah mampu mengungguli perolehan suara dua rival terkuatnya, Miftakhul Aziz dan Muammarullah Umam. Pada pemilihan putaran pertama, hanya muncul 9 nama dari beberapa nama kandidat yang sebelumnya sudah beredar. Mereka adalah Muammarullah Umam mendapat 51 suara, Miftakhul Aziz mengantongi 45 suara, M Zaini Mustakim 41 suara, Aminuddin Ma’ruf 38 suara, A Jabidi Ritonga 35 suara, Dwi Winarno 21 suara, Abdul Aziz 7 suara, Mukafi Makki 3 suara, dan Aminurrahman 1 suara.
Sesuai persyaratan yang disepakati, kandidat harus mengantongi minimal 30 suara untuk bisa maju ke putaran dua. Karena itu, ada lima nama yang dinyatakan lolos bisa maju menjadi calon ketua umum. Yakni Muammarullah Umam, Miftahul Aziz, M Zaini Mustakim, Aminuddin Ma’ruf, dan A Jabidi Ritonga. Namun, M Zaini Mustakim dan A Jabidi Ritonga rupanya memilih berkoalisi. Beberapa kandidat yang tidak lolos ke putaran kedua juga bernegosiasi membangun poros masing-masing dan memberikan sokongan suaranya kepada tiga kandidat yang bertarung di putaran kedua.
Sehingga, peta suara pun berubah total. Perolehan suara yang dikantongi Aminuddin yang semula di putaran pertama terendah dari dua rivalnya itu pun berbalik. Aminuddin unggul jauh dengan mengantongi 102 suara, Muammarullah Umam 74 suara, dan Miftakhul Aziz 64 suara. Dengan demikian, Aminuddin Ma’ruf dinyatakan resmi menjadi Ketua Umum PB PMII periode 2014-2016. Aminuddin Ma’ruf yang punya visi ‘kader Ulul Albab menjawab tantangan global’ ini adalah kader PMII terbaik yang diusung Cabang Jakarta Timur. Dia menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Negeri Jakarta dan melanjutkan S2 di Universitas Trisakti. Pada kepengurusan PB PMII periode 2011-2013 dibawah kepemimpinan Addin Jauharudin, ia dipercaya sebagai Ketua Biro Pemberdayaan Ekonomi. Sebelumnya, pria lajang kelahiran Karawang, 27 Juli 1986 ini menjabat ketua umum PC PMII Jakarta Timur. Di usia yang sangat muda bila dibandingkan dengan beberapa ketua umum PB PMII sebelumnya di saat mereka terpilih, Aminuddin bakal memimpin organisasi mahasiswa berlatar nahdliyin ini untuk dua tahun ke depan. Bisa dikata Aminuddin telah mencatat sejarah baru di PMII. Begitu juga Kongres PMII XVIII di Jambi kali ini telah benar-benar mengembalikan PMII sebagai organisasi mahasiswa dan pemuda yang sebenarnya. Dalam konteks ini, Amin yang masih berusia 27 tahun telah cukup menjadi bukti. Soal syarat usia ketua umum ini pula sebelumnya sempat menjadi perdebatan yang sedikit seru. Ada banyak opsi. Diantaranya mengacu pada undang-undang kepemudaan, usia ketua umum tidak boleh lebih 30 tahun. Dan Kongres PMII kali ini telah menjawabnya. (her/ahay)
sumber, http://m.santrinews.com/Akhbar/Nasional/1253/Aminuddin-Ma-ruf-Terpilih-Ketua-Umum-PB-PMII-2014-2016
Soal Usia Kandidat Ketua Umum PMII, Ini Kata Rodli Kaelani
Senin, 09 Juni 2014, 02:32
Abdul Hady JM - SantriNews.com
Jambi – Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Muhammad Rodli Kaelani mengaku heran ada calon ketua umum PB PMII yang ternyata sudah berusia 35 tahun. “Astaghfirullah ada calon Ketum PMII umur 35 tahun. Ini organisasi kader (PMII) atau Ansor Junior?,” kata Rodhi melalui akun twitternya @sahabatodie. Menurut dia, PMII adalah organisasi kader, sehingga adanya regenerasi di tubuh PMII adalah hal yang sangat penting yang harus dipikirkan. Sayangnya, Rodhi tidak mau menyebut siapa nama kandidat yang dimaksud. “Tanya peserta dan liat biodata kandidat saja, biar (saya) gak dianggap intrik,” elaknya saat ditanya Ainur Rosyid Reduh via akun twitternya @NickRosid. Saat dikonfirmasi via kontak BlackBerry Messenger, Rodhi enggan berkomentar. Dia meminta untuk mengecek sendiri. “Sampean kan lebih banyak bisa dapat informasi. Nanti sampean tau di lapangan,” jawabnya singkat. Selain kandidat pengurus, lanjut dia, tim sukses atau pemain juga perlu ber-regenerasi. “Masak ada yang sudah 5-6 kongres masih jadi tim,” tukasnya lagi di akun twitternya.
Rodhi sendiri melalui akun twitternya @sahabatodie mengaku sudah 4 kali hadir di kongres; sebagai cabang, tarung menjadi sekretaris jenderal, tarung menjadi ketua umum, dan terakhir saat mengakhiri mandat sebagai ketua umum di Kongres PMII XVII di Kalimantan tahun 2011 lalu.
Sejauh ini, SantriNews belum mendapatkan informasi pasti siapa saja diantara sejumlah kandidat yang sudah berusia 35 tahun atau bahkan lebih.
Sudah beberapa kali SantriNews meminta profil berikut visi-misinya kepada beberapa kandidat. Namun hanya sebagian kandidat yang mengirimkannya. Begitu pula saat meminta kepada Panitia Pengarah (SC) Kongres PMII XVIII.
Seperti diketahui, ada 15 nama kandidat yang telah muncul dan mendaftarkan diri secara resmi pada hari Ahad, 25 Mei 2014 lalu, di Kantor PB PMII, Jl. Salemba Tengah No. 57A Jakarta Pusat.
Mereka adalah A. Jabidi Ritonga (Medan), Aminudin Ma’ruf (Jakarta Timur), Miftakhul Aziz (Yogyakarta), M Zaini Mustakim (Kota Malang), Mukaffi Makki (Surabaya), Yek Agif Al Gadri (Mataram), M Zaid (Ciputat), Ahmad Nurkholid (Ciputat), Bambang Tri Anggono (Purwokerto), Erfandi (Bangkalan), Ahmad Miftahul Karomah (Sintang), M Faishal (Sintang), M Jaelani SF (Kendari), Abdul Aziz (Jombang), dan Muammarulloh Umam (Sukabumi).
Di luar 15 nama itu, ada nama lain yang juga muncul yaitu Dwi Winarno. Dwi yang saat ini menjabat Ketua I PB PMII juga berpeluang besar bakal berkompetisi dalam bursa perebutan posisi ketua umum PB PMII masa khidmat 2014-2016.
Jauh hari sebelum pelaksanaan Kongres PMII XVIII di Jambi, Panitia Pengarah / Sterring Commite (SC) Kongres mengumumkan pendaftaran kandidat ketua umum PB PMII, dibuka mulai Hari Rabu 21 Mei dan ditutup pada Hari Ahad 25 Mei 2014, pukul 14.00 WIB sekaligus dilangsungkan dengan acara “Launching Kandidat Ketua Umum PB PMII”.
Persyaratan bagi kandidat yang mendaftar diantaranya adalah mengisi formulir pendaftaran, menyerahkan biodata lengkap, dan visi-misi, serta membayar kontribusi kepada panitia minimal sebesar Rp.3.000.000.
Sesuai edaran, acara launching itu akan dipandu langsung oleh Majelis Pembina Nasional (MABINAS) PMII. “Seluruh rangkaian acara launching dan profil para kandidat akan dipublikasi di media, baik cetak atau media portal nasional,” demikian diantara bunyi edaran Panitia SC. (ahay)
sumber, http://m.santrinews.com/Akhbar/Nasional/1249/Soal-Usia-Kandidat-Ketua-Umum-PMII-Ini-Kata-Rodli-Kaelani
Kandidat Ketua Umum PB PMII
Visi Baru PMII ala Miftakhul Aziz
Kamis, 05 Juni 2014, 20:25
Miftakhul Aziz, kandidat ketua umum PB PMII (santrinews.com/dok)
---------------------------
Achmad Jazuli - SantriNews.com
Jambi – Miftakul Azis, kandidat ketua umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menegaskan, ke depan PMII harus mampu secara tepat dalam melihat keadaan dan memposisikan dirinya ke dalam arus perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam konteks masyarakat Indonesia dan Dunia.
Dalam lembaran sejarah diakui bahwa eksistensi PMII tidak hanya karena sikap kritis dengan kekuatan daya penalarannya (student power of the reason), melainkan juga bertumpu pada keteguhan untuk selalu mengabdikan dirinya kepada masyarakat dan bangsanya secara langsung demi masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.
Dalam rangka optimalisasi peran PMII, Aziz memiliki tawaran visi baru (untuk) PMII, sebuah visi yang dirumuskan dengan kesadaran untuk melakukan antisipasi obyektif terhadap arah perkembangan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang.
“Perlu redesain peran dan fungsi PMII dalam membangun tatanan ideal bangsa Indonesia ke depan,” kata Aziz yang tengah berkompetisi dengan sejumlah kandidat lainnya di Kongres PMII XVIII di Jambi.
Secara sederhana visi baru PMII ini dipilah ke dalam tiga visi, yakni visi internal, nasional, dan global.
Pertama, visi internal yaitu penguatan kembali kemampuan social enginering kader PMII.
Secara sederhana social enginering (rekayasa social) dapat diterjemahkan sebagai sebuah proses perencanaan, pemetaan dan pelaksanaan dalam konteks perubahan struktur dan kultur sebuah basis sosial masyarakat.
Menurut Aziz, pada umumnya masyarakat menginginkan adanya perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Perubahan sosial tersebut harus dapat dilakukan secara berkesinambungan dan terencana.
Begitu juga dengan cita-cita untuk mewujudkan kondisi ideal bangsa Indonesia, diperlukan adanya perubahan. “Perubahan tidak hanya berhubungan dengan kondisi kebangsaan, tapi juga mencakup perubahan kapasitas sumberdaya manusia yang akan menjalankan roda pemerintahan,” tegasnya.
Aziz menilai, gagasan untuk menguatkan kembali kemampuan kader-kader PMII dalam melakukan rekayasa sosial dalam visi baru PMII ke depan masih memiliki korelasi yang kuat dengan berbagai kompleksitas kondisi sosial, ekonomi dan politik serta budaya yang dihadapi bangsa Indonesia hari ini dan di masa yang akan datang.
“Dengan tetap melibatkan diri dalam kancah problematika masyarakat melalui berbagai gerakan sosial, maka eksistensi PMII masih bisa dilacak jejaknya,” Aziz menegaskan.
Dengan meminjam istilahnya Paulo Freire, kata Aziz, PMII bukan hanya harus ada di dalam masyarakat, tetapi lebih dari itu harus bersama dengan masyarakat.
Kedua, visi nasional yaitu mendorong optimalisasi peran PMII dalam memanfaatkan peluang bonus demografi di Indonesia.
Salah satu upaya dalam mengartikulasikan kemampuan rekayasa sosial kader-kader PMII adalah dalam merespon perkembangan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang ada hari ini serta tantangan dan peluang di masa depan.
“PMII harus menyadari akan arti pentingnya peluang yang dimiliki Indonesia sekarang, yaitu apa yang disebut dengan bonus demografi,” tegasnya.
Bonus demografi yang dimaksud, adalah suatu kondisi dimana penduduk usia produktif di suatu Negara lebih besar daripada penduduk usia non produktif dan usia tidak produktifnya. Hal ini terjadi karena perubahan struktur penduduk. Bonus demografi di Indonesia mulai terasa sejak tahun 2001, dimana jumlah penduduk usia produktif sudah semakin meningkat.
Saat ini, sekitar 34% penduduk Indonesia adalah usia produktif. Mereka inilah yang akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Karena itu, PMII sudah seharusnya mengambil posisioning yang jelas dalam mengoptimalkan mesin kaderisasinya dalam memanfaatkan momentum positif dari bonus demografi tersebut.
“Kaderisasi PMII harus dilakukan secara berkesinambungan dan ini pasti akan membawa keuntungan bukan hanya untuk PMII, melainkan juga untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas bagi bangsa Indonesia,” ujarnya.
Untuk itu PMII harus memiliki visi yang jelas dalam mempersiapkan dan meningkatkan kualitas SDM yang dimilikinya untuk mengambil benefit dan manfaat positif dari bonus demografi tersebut dengan standar kaderisasi untuk mencapai SDM yang unggul. “Yang paling sederhana adalah meningkatkan tingkat pendidikan kader PMII dengan terus menyiapkan peluang ke arah tersebut,” kata Aziz.
Ikhtiyar PMII ini, sambung Aziz, diharapkan dapat mendorong terbukanya kesempatan dan terjadinya akselerasi peningkatan produktifitas pemuda dan mahasiswa sebagai bagian dari usia produktif tersebut yang semakin besar, sehingga Indonesia dalam kurun waktu 10-25 tahun ke depan bisa terhindar dari ancaman bencana demografi.
Jika bonus demografi ini gagal memanfaatkan, maka bangsa ini akan terperosok menjadi negara pasar terbesar di dunia tanpa kedaulatan dan identitas. “Ini adalah pertaruhan kita bersama sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,” tandas pria lajang ini.
Ketiga, visi global, yaitu mendukung secara aktif gerakan fair trade demi terciptanya tatanan kehidupan manusia yang adil dan makmur di muka bumi.
Aziz menjelaskan, pergeseran geopolitik telah menciptakan tata dunia baru. Aliansi-aliansi negara tidak lagi dibangun berdasarkan kesamaan/kepentingan politik dan pertahanan semata, tidak hanya dibangun berdasarkan kawasan semata, tetapi lebih pada kesamaan prinsip stabilitas ekonomi menjadi pertimbangan kerjasama dalam rangka menciptakan aliansi-aliansi negara seperti G20 dimana Indonesia menjadi bagian di dalamnya dan aliansi yang kita kenal dengan BRIC (Brazil, Rusia, India, China) yang membangun aliansi sampai pada cita-cita menciptakan sektor keuangan yang lebih luas.
Namun, aliansi-aliansi dan kerjasama ekonomi tersebut kerapkali mengandung konsekuensi pertarungan kepentingan ekonomi masing-masing negara. Oleh karenanya Indonesia sebagai negara yang selalu aktif dalam pergaulan internasional dengan politik luar negerinya yang bebas aktif harus mampu menangkap memahami pergeseran-pergeseran tata dunia baru tersebut, sehingga kita tetap mampu meletakkan bangsa ini di tengah pergaulan dan kerjasama ekonomi internasional dengan tetap berdaulat sebagai bangsa dan mandiri secara ekonomi. Dengan begitu negara ini tidak hanya menjadi negara konsumen semata.
Dalam konteks ini, negara harus mampu melepaskan diri dari penjajahan ekonomi atau ketergantungan ekonomi dengan menciptakan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan dengan negara-negara mitra ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah mendorong agar pelaksanaan instrumen perdagangan bebas (free trade) baik barang maupun jasa dilaksanakan dengan meminimalisir lahirnya ketimpangan dan ketidakadilan.
PMII yang menjadikan prinsip keadilan (ta’addul) sebagai salah satu ruh perjuangannya dengan cita-cita mencipkan kondisi masyarakat yang adil dan makmur, sudah seharusnya berperan aktif dan mendorong agar pemimpin-pemimpin bangsa ini dapat menjalankan kegiatan perdagangan nasional dan global yang adil (fair trade). Sehingga negara dapat berperan dan berfungsi sebagaimana mestinya, mengarahkan kebijakan untuk kesejahteraan rakyat yang berdaulat, adil dan makmur.
Oleh karena itu komitmen PMII yang telah berkhidmat di tengah masyarakat selama kurang lebih 54 tahun lahir dan besar bersama Nahdlatul Ulama.
PMII memiliki banyak potensi dengan kekuatannya yang memiliki hampir 250 cabang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke serta jutaan kader yang terus berkembang dan jaringan alumni yang berdiaspora di berbagai lini kehidupan. “Hal ini tentu sangat signifikan dalam mengawal gerakan perubahan ke arah kesejahteraan yang lebih adil dan makmur,” kata Aziz mengakhiri. (jaz/ahay)
sumber, http://m.santrinews.com/Akhbar/Nasional/1230/Visi-Baru-PMII-ala-Miftakhul-Aziz
PKC Jawa Timur Boikot Kongres PMII di Jambi, Panitia Dinilai Tidak Becus
Nurul Fahmy - Selasa, 03 Juni 2014 - 19:10:44 WIB
HARIANJAMBI.COM, JAMBI – Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Jawa Timur Muhammad Junaidi, menyatakan, penyelenggaraan Kongres PMII ke-XVII di Jambi tidak becus.
Kegiatan yang berlangsung diwarnai berbagai kericuhan karena pengelolaan dan persiapan teknis panitia lokal maupun nasional tidak becus. Berikut rilis media yang dikirim ke harianjambi.com, pada Selasa 3 Juni 2014:
"Mulai dari konsep acara hingga manajemen teknis kepanitiaan terkesan tidak ada pola sinergitas yang baik. Padahal momentum kongres merupakan rapat tertinggi di internal PMII. Parahnya, situasi ini tidak lantas mendapat respon positif dari penyelenggara kongres.
Merespon situasi demikian, Ketua Umum Pengurus Koordinator Jawa Timur (PMII) Muhammad Junaidi mengutarakan kekecewaannya. Menurutnya, dari sisi teknis saja, panitia dengan sengaja mendiskreditkan kader-kader PMII Jawa Timur. Mulai dari tempat penginapan yang sampai di pindah 3 kali hingga pelayanan yang jauh dari kata memuaskan.
"Acara kongres ini adalah acara yang paling sakral untuk menentukan arah gerak PMII ke depan, sehingga bakal menentukan kualitas PMII kedepannya" imbuhnya. Junaidi mengharapkan ada tindakan serius dari seluruh ketua cabang PMII se-Indonesia untuk satu suara menolak dan memboikot acara ini.
Lebih jauh, ditinjau dari sisi kualitas, kongres kali ini jauh dari kata layak. Sebagai bagian dari ajang kontestasi ide, momentum kongres hendaknya menjadi panggung pertarungan gagasan, dimana background cabang-cabang memiliki keragaman dan itu perlu didiskusikan dalam kerangkan gagasan nasional. "Jangankan kualitas, secara teknis saja kongres ini masih jauh dari kata sempurnya" tambah Muhammad Junaidi.
Perlu diketahui bahwa acara yang berlangsung mulai dari Tanggal 30 Juni, dipenuhi dengan kekacauan. Mulai dari aksi pembakaran hingga pada aksi tuntutan Cabang se-Jawa Timur. Tuntutan mereka dipicu oleh satu masalah yang sama yakni ketidak siapan panitia menggelar acara.
Oleh karena itu, Junaidi mendorong kepada semua Cabang baik dilingkungan PKC Jawa Timur maupun seluruh Indonesia, untuk mengukur kembali dari sisi kualitas kongres tersebut. "Kalau perlu, kongres kali ini harus kita Tunda sampai benar-benar PB PMII selaku penanggung jawab, secara serius menyiapkan seluruh komponen acara secara matang, tidak cenderung dipaksakan" tegas Junaidi. (*)
sumber, http://harianjambi.com/berita-pkc-jawa-timur-boikot-kongres-pmii-di-jambi-panitia-dinilai-tidak-becus.html
Sisi Lain Halaqoh Akbar dan Kongres PMII ke XVIII di Jambi
Sudir Putra | Pahdi - Sabtu, 31 Mei 2014 - 14:20:29 WIB
HARIANJAMBI.COM, JAMBI - Pembukaan Halaqoh Akbar dan Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke 18 di Jambi telah digelar Jum’at (30/05) kemarin pukul 14.00 WIB, oleh Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus. Namun, kongres kali ini, jumlah peserta dan cukup jauh berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya, yakni melebihi target panitia. Akibatnya, panitia pun sedikit kerepotan.
Berdasarkan data yang dihimpun harian ini di lokasi pembukaan Kongres PMII di Gedung Olahraga (GOR) Kotabaru Jambi kemarin, masih ada 83 pengurus cabang dari 233 pengurus cabang PMII di Indonesia yang belum sampai ke Tanah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.
Meski belum datang seluruhnya, namun panitia kegiatan yang bertemakan Hamorni Bernegara Untuk Kejayaan Indonesia ini sudah terlihat kewalahan, terutama terkait penginapan para peserta.Pasalnya, jumlah peserta yang hadir di kongres kali cukup banyak dari biasanya. Bahkan melebihi dari jumlah target yang ditentukan panitia.
Ketua panitia lokal, Saidina Umar, kepada harian ini membenarkan itu. Ia mengatakan tidak menyangka peserta kongres tahun ini membludak. Mungkin, kata dia, para peserta kongres dari seluruh nusantra tertarik untuk datang ke Jambi, sekaligus refreshing di Kota Tanah Pilih Pusako Betuah ini.
Ia mengatakana, sementara ini kondisi membludaknya peserta ini masih bisa teratasi, hanya saja panitia kelimpungan untuk menghandel disisi akomodasi, karena paserta datang bertubi-tubi. “Kedatangan meraka sudah mulai melebihi target kita, yakni 5.000 peserta, saya perkirakan lewat, sekarang hampir 8.000 orang yang sudah datang ke Jambi," sampainya kepada Harian Jambi (31/5).
Dikatakannya, panita sudah menyiapkan beberapa titik penginapan bagi para peserta kongres, diantaranya, Balai Diklat, Asrama Haji, Madrash Aliyah Negeri (MAN) Model, Taman Budaya Jambi, semua Mes seluruh kabupaten yang berada di Kota Jambi, serta 20 unit kendaraan, diantaranya, 3 unit mobil milik Pemerintah Provinsi, 1 mobil Dinas Kebudayaan dan Parawisata, dan 16 mobil rental. "Tidak ada masalah dengan kepanitiaan lainnya," imbuhnya,
Menurut Umar, sebagai antisipasi terjadi kekurangan kamar atau penginapan bagi peserta kongres, kini panitia telah mendirikan tenda-tenda, yakni sebanyak 20 unit tenda yang disebar di setiap titik penginapan.
“Mudahan-mudahan tempat penginapan ini cukup, sehingga tidak terjadi gesekan, seperti tadi terjadi keributan kecil terkait masalah kamar," ujarnya.
Di sisi konsumsi, kata Umar, sejauh ini tidak terjadi permasalahan. Dana konsumsi yang dibantu oleh Pemerintah Provinsi Jambi, para peserta akan diberikan nasi kota setiap jam makan. (*)
sumber, http://harianjambi.com/berita-sisi-lain-halaqoh-akbar-dan-kongres-pmii-ke-xviii-di-jambi.html#.U426xfmSwXc
Sabtu, 31 Mei 2014 , 21:55:00
Merasa Banyak Dukungan di PMII, Incar Posisi Ketua Umum
JAKARTA - Bursa persaingan calon Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia mulai riuh. Salah seorang kandidat yang sudah ancang-ancang mengincar kursi Ketua Umum PB PMII adalah Dwi Winarno.
Saat ini Dwi tercatat sebagai Ketua Bidang Kaderisasi Nasional PB PMII. Dia mengaku telah memasrahkan dirinya untuk menjadi kompetitor di Kongres PMII ke-XVIII yang digelar di Jambi pada 30 Mei–5 Juni 2014.
“Bagi seorang kader, merupakan kewajiban ideologis dan historis untuk berusaha memberikan yang terbaik bagi kebaikan organisasi,” kata Dwi melalui pesan tertulisnya yang diterima redaksi, Sabtu (31/5).
Dwi mengatakan, dukungan dari sejumlah pengurus cabang, pengurus koordinator cabang dan alumni menjadi landasan kuat untuk dapat berkompetisi secara sehat dengan kandidat lainnya. Menurutnya, dukungan yang tulus dari berbagi stakeholder PMII tanpa mengedepankan negosiasi jabatan struktural dan material, telah menjadi indikator kelayakan bagi seorang kader untuk memegang tampuk kepemimpinan berikutnya.
Ia memandang dukungan tersebut mengalir karena faktor kesamaan dalam merumuskan gagasan strategis pengembangan PMII. Menurutnya, di masa kini dan mendatang, tantangan organisasi ekstra universitas semakin besar. "Hal inilah yang menjadi alasan kuat bagi diri saya untuk maju sebagai Ketua Umum PB PMII,” ujar Dwi lagi.
Selain Dwi, nama-nama kandidat yang sebelumnya telah muncul antara lain A. Jabidi Ritonga, Muamarullah, Abdul Aziz, Arif Taufiq, M. Zaini Mustaqim, Miftakhul Aziz, Jaelani, Erfandi, Kholid, Zaid Muhammad, dan Mukaffi Makki. Mereka akan memperebutkan suara dari 228 PC dan 24 PKC se-Indonesia.(boy/jpnn)
sumber, http://www.jpnn.com/read/2014/05/31/237643/Merasa-Banyak-Dukungan-di-PMII,-Incar-Posisi-Ketua-Umum-
Kongres PMII XVIII
Demi Panggilan Historis, Mukafi Makki Incar Ketua Umum PMII
Sabtu, 31 Mei 2014, 21:39
Hero Wijaya - SantriNews.com
Makafi Makki (dok/santrinews.com)
---------------
Jambi – Bursa persaingan calon Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) tampaknya semakin ketat. Mukafi Makki adalah salah seorang kandidat yang tengah mengincar kursi Ketua Umum PB PMII untuk masa hidmat 2014-2016.
Mukafi Makki adalah mantan Ketua Umum Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Timur masa hidmat 2009-2011. Dia telah mendapat mandat resmi dari PC PMII Surabaya untuk maju menjadi calon ketua umum PB PMII.
Mukaffi Makki mengaku punya kewajiban moral-ideologis dan historis untuk mengabdikan diri demi kebaikan organisasi mahasiswa berlatarbelakang nahdliyin ini. Dukungan dari sejumlah pengurus cabang, pengurus koordinator cabang dan alumni adalah satu alasan kuat bagi Mukafi Makki untuk bertarung dengan para kandidat lain secara sehat di arena Kongres PMII XVIII yang tengah berlangsung di Asrama Haji, Jambi, hingga 7 Juni 2014 mendatang. Dukungan tersebut, kata dia, datang secara tulus tanpa adanya negosiasi jabatan struktural dan material, malainkan karena kesamaan visi dan gagasan strategis bagi pengembangan PMII kedepan.
“Inilah yang memotivasi saya maju, sebuah amanah yang harus saya jalankan,” katanya, Sabtu 31 Mei 2014. Selain Mukaffi Makki, sejumlah nama kandidat yang telah muncul adalah Miftakhul Aziz (Yogyakarta), M Zaini Mustakim (Kota Malang), A. Jabidi Ritonga (Medan), Aminudin Ma’ruf (Jakarta Timur), Yek Agif Al Gadri (Mataram), Abdul Aziz (Jombang), M Zaid (Ciputat), Ahmad Nurkholid (Ciputat), Bambang Tri Anggono (Purwokerto), Erfandi (Bangkalan)n Ahmad Miftahul Karomah (Sintang), M Faishal (Sintang), M Jaelani SF (Kendari), dan Muammarulloh Umam (Sukabumi).
Mereka akan memperebutkan suara dari 227 PC dan 24 PKC se-Indonesia. “Saya menyerahkan sepenuhnya kepada kader PMII,” katanya. Kongres PMII XVIII telah dibuka secara resmi oleh Gubernur Provinsi Jambi Hasan Basri Agus, di Gedung Olahraga Kota Baru, Jambi, Jumat sore kemarin, 30 Mei 2014. (her/ahay)
sumber, http://m.santrinews.com/Akhbar/Nasional/1201/Demi-Panggilan-Historis-Mukafi-Makki-Incar-Ketua-Umum-PMII
Selamat Datang Kongres PMII Ke-XVIII
30 Mei 2014 00:56:42 Diperbarui: 23 Juni 2015 21:58:38
Oleh : Akhmad Sugiyono*
Tiga tahun lalu atau tepatnya tanggal 17 Maret 2011, Adien Jauharudin resmi mendapat mandat untuk memimpin Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) di kongres ke-XVII PMII yang bertempat Asrama Haji Banjarbaru – Banjarmasin. Kongres yang seharusnya dilaksanakan sesuai jadwal ini 9 – 14 April 2011 harus mundur tiga hari dikarenakan sempat terjadi kericuhan di arena kongres. Kericuhan yang berasal dari permasalahan internal salah satu cabang di Makassar tersebut, meskipun sempat mengganggu jalannya kongres tetapi secara umum kongres berjalan lancar. Adien sebagai pemenang pada waktu itu mampu mengungguli sahabat Mahbub Zakky dan Dwi Ariza, Adien memperoleh dukungan 90 suara, Zakky 81 suara dan Dwi Ariza 50 suara. Tiga tahun sudah Adien memimpin PMII, dari waktu yang seharusnya dua tahun. Tetapi memimpin PMII apalagi selevel Pengurus Besar tidak cukup memang masa waktu dua tahun, tenggang waktu satu tahun sudah sepantasnya di manfaatkan untuk membangun PMII menjadi lebih baik lagi. Segala hal dalam masa kepemimpinan Adien di tubuh PMII patut kita beri apresiasi, meskipun sampai hari ini belum ada sesuatu yang patut dibanggakan di PB PMII masa khidmat 2011 – 2013 ini. Terlepas dari itu, artinya roda kepemimpinan PMII akan berputar. Kongres PMII ke-XVIII akan terjelang, Jambi sebagai tuan rumah Kongres PMII kali akan di banjiri kader – kader terbaik PMII dari seluruh penjuru Nusantara untuk memilih pemimpin baru. Kongres PMII ke-XVIII yang diselenggarakan di Asrama Haji Jambi besok tanggal 30 Mei – 5 Juni 2014 akan memilih pemimpin baru menuju PMII 1. Kongres kali ini pada puncaknya akan memilih Ketua Umum PMII ke-16 setelah Mahbub Junaidi, Muhammad Zamroni, Abduh Pardede, Ahmad Bagja, Muhyidin Arubusman, Suryadharma Ali, Muhammad Iqbal Assegaf, Ali Masykur Musa, Muhaimin Iskandar, Syaiful Bahri Anshori, Nusron Wahid, A Malik Haramain, Herry Haryanto Azumi, Muhammad Rodli Kaelani dan Adien Jauharudin. Kongres kali ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan momentum politik Indonesia, yaitu Pemilihan Presiden 2014 yang akan diselenggarakan bulan Juli nanti. Kongres PMII dengan Pilpres 2014 memang tidak ada hubungan secara langsung, tetapi masih ada korelasi di antara keduanya. Tidak dapat dipungkiri jika organisasi sebesar PMII akan menjadi objek yang menarik bagi pemegang kepentingan elite politik, termasuk di tahun politik ini. Dan tidak dapat terelakan jika besok di Kongres PMII ke-XVIII ini para pemangku kepentingan ini akan berada di balik narasi penentu siapa pemimpin PMII 2 tahun kedepan. Di acara selevel kongres nasional seperti ini sudah menjadi maklum ketika unsur kepentingan turut menungganginya (bukan hanya PMII, tetapi organ kemahasiswaan lainnya pun terjadi). Akhirnya politik transaksional (uang/ jabatan) menjadi komoditas didalamnya. Sudah pasti ini akan menjadi keuntungan bagi pemilik suara (cabang – cabang) yang pragmatis dan menjadi kerugian bagi cabang yang masih menjunjung tinggi nilai idealismenya. Arena kongres nantinya dimungkinkan tidak ubahnya dengan pasar transaksi jabatan dan uang. Perkembangan yang terjadi menuju Kongres PMII XVIII di Asrama Haji Jambi besok, telah ada 15 kandidat yang mendaftarkan diri menjadi calon ketua umum PMII masa khidmat 2014 – 2016. Kongres yang pada tahun ini sedikit mengalami perubahan aturan, seperti pendaftaran calon kandidat ketua umum yang sebelumnya hanya melewati proses penjaringan calon. Selain itu dalam kongres kali ini untuk Pengurus Koordinator Cabang (PKC) mempunyai hak suara setelah sebelumnya hanya mendapat hak bicara sekaligus sebagai peninjau saja. Pertarungan di arena kongres nanti tentu sengit dan tidak kalah dengan Pilpres 2014. Ke-15 kandidat yang telah mendaftar yaitu A Jabidi Ritonga (Medan), Mukaffi Makki (Surabaya), M Zaini (Kota Malang), Yek Agif Al Gadri (Mataram), Abdul Aziz (Jombang), M Zaid (Ciputat), Ahmad Nurkholid (Ciputat), Bambang Tri Anggono (Purwokerto), Erfandi (Bangkalan), Miftahul Aziz (Yogyakarta), Aminudin Ma’ruf (Jakarta Timur), Ahmad Miftahul Karomah (Sintang), M Faishal (Sintang), M Jaelani (Kendari) dan Muammarulloh Umam (Sukabumi) tentu sudah mempersiapkan segalanya, mulai dari visi – misi, tim sukses, logistik hingga modal menuju PMII 1. Kongres PMII ke-XVIII kali ini selain memilih pemimpin baru nantinya sudah seharusnya juga menghasilkan hal yang besar juga. Hal besar yang nantinya untuk kejayaan dari PMII itu sendiri, seperti Pertama dalam kongres kali ini ada kesadaran dari pemilik suara/ cabang untuk menekan politik transaksional yang akan terjadi. Memang menjadi maklum jika perhelatan kongres membutuhkan biaya yang besar bagi cabang – cabang, biaya untuk akomodasi saja akan sulit bagi cabang. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh kandidat untuk menarik simpati. Tetapi cukup biaya akomodasi saja yang bisa dimanfaatkan menarik simpati, hitung saja sebagai biaya operasional pengganti. Transaksi lainnya seperti money politic dan transaksi jabatan sebisa mungkin untuk dihindari. Kedua harus ada produk nyata kongres yang dapat dirasakan oleh seluruh kader PMII sampai ke tingkat bawah (Komisariat/ rayon), hasil – hasil kongres sebelumnya sampai hari ini sulit dan tidak tersosialisasikan sampai ketingkatan bawah. Ketiga perlu ada revitalisasi Kaderisasi dan Gerakan di tubuh PMII yang wajib di gagas dalam rangka menyongsong kader – kader yang berdaya saing dan siap menghadapi Pasar Bebas Asean. Semoga Kongres PMII ke-XVIII besok, yang diselenggarakan di Asrama Haji Jambi dapat berjalan dengan sukses. Semoga kongres PMII kali dapat menemukan pemimpin bagi PMII yang benar – benar amanah dan tidak menjadi objek kepentingan tertentu. Dan semoga PMII melalui kongres kali ini semakin jaya selalu. Tangan Terkepal dan Maju Kemuka. Jember, 29 Mei 2014 * Kader PMII Jember, aktif awal kali di PMII tahun 2004 dari Rayon Ekonomi Universitas Jember
sumber, : http://www.kompasiana.com/pak_giexz/selamat-datang-kongres-pmii-ke-xviii_54f730bca33311b7738b4643
Kandidat Ketua Umum PB PMII 2014-2016
Inilah Visi-Misi Muhammad Zaini Mustakim
Kamis, 29 Mei 2014, 19:39
Muhammad Zaini Mustakim (dok/santrinews.com)
-----------------
Fathorrahman JM - SantriNews.com
Malang – Muhammad Zaini Mustakim telah resmi mendapat mandat dari PC PMII Kota Malang untuk maju sebagai calon ketua umum PB PMII di Kongres PMII XVIII di Asrama Haji, Jambi, pada 30 Mei-7 Juni 2014. Zaini Mustakim punya visi dan misi besar yang hendak diperjuangkan bila kelak terpilih menjadi ketua umum PB PMII untuk masa khidmat 2014-2016. “Kedepan PMII harus mampu eksis di tengah kompetisi global, tapi tetap mampu mempertahankan visi keislaman dan kebangsaan,” kata Zaini, Kamis, 29 Mei 2014.
Orientasi Zaini kedepan ialah tunggak semi (tumbuh kembang dan bersemi) tunas-tunas kader PMII yang mampu mengantisipasi kondisi multipolaritas Asia Tahun 2030.
“Saya mencitakan akan lahir tunas kader PMII sebagai kader NU masa depan yang antisipatif terhadap kompetisi kekuasaan global di Asia sekaligus menjadi kader berkarakter ‘demokrat-militan’ dalam memperjuangkan kepentingan warga Negara,” tegasnya.
Berikut visi dan misi lengkap Zaini Mustakim:
Visi:
Tunggak-Semi PMII dalam Asia Multipolar 2030
Visi PMII dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi keislaman dan visi kebangsaan. Visi keislaman yang dibangun PMII adalah visi keislaman yang inklusif, toleran dan moderat.
Adapun visi kebangsaan PMII mengidealkan kehidupan kebangsaan yang demokratis, toleran, dan dibangun di atas semangat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali. Pernyataan suatu visi individu dan organisasi menunjukkan suatu kondisi ideal yang hendak dicapai. Kondisi ideal itu dilatarbelakangi oleh situasi masa lalu dan situasi masa kini, meskipun situasi kekinian tidak menjadi faktor dominan atas rumusan suatu visi.
Orientasi visi selalu ke depan, tak mungkin menengok ke belakang atau retrospektif; pun tidak mutlak berbasis kondisi kekinian, kreatif dan memperjuangkan prinsip-prinsip dalam organisasi.
Kutipan visi organisasi PMII diatas telah menegaskan akar dari orientasi kedepan PMII yakni keislaman dan kebangsaan. Di setiap Kongres PMII, kandidat ketua umum PB PMII punya kewajiban moral untuk merumuskan visi individu yang tidak dapat melepaskan diri dari orientasi visi organisasi PMII tersebut diatas. Secara kreatif, Zaini Mustakim sebagai kandidat ketua umum PB PMII melihat berbagai rancang bangun visi yang telah digagas organisasi stratejik, baik tingkat nasional maupun global. Rancang bangun visi tersebut seringkali secara eksplisit tertuliskan dalam bentuk skenario-skenario yang ditujukan kepada bangsa Indonesia dalam durasi puluhan tahun.
Organisasi global National Intelligence Council telah menerbitkan Skenario 2030 yang berjudul Global Trends 2030: Alternative Worlds. Organisasi ini pernah menerbitkan Skenario 2015 yang terbukti dalam beberapa lokasi geopolitik telah terjadi secara empirik.
Berbagai prediksi tentang konflik Timur Tengah, konflik etnik-religius di ASEAN, krisis nuklir, terorisme di belahan dunia, yang diprediksi NIC pada akhir tahun 1990an terbukti telah terjadi hingga tahun 2014. Oleh karenanya, gambaran tren dan rancangan skenario yang disusun oleh organisasi intelejen global NIC patut dipertimbangkan oleh kandidat ketua umum PB PMII sebagai organisator barisan intelektual-santri (ulul albab) di tingkat nasional. NIC mengidentifikasi kecenderungan (trends) masa depan sistem internasional yakni ledakan klas menengah global, penyebaran kekuasaan Barat (the diffusion of power away from the West), dan munculnya konflik di lingkungan internal negara. NIC memprediksikan China sebagai kekuatan ekonomi dunia yang terbesar, India menjadi penggerak terbesar dari pertumbuhan klas menengah di bumi ini, dan Indonesia sebagai salah satu The Rising Giants (raksasa; nagasasra dalam kebudayaan nusantara) selain India. Prediksi NIC ini tidaklah gratis. Kepemimpinan global Amerika Serikat dipastikan akan berubah lebih tegas dan meyakinkan terhadap Indonesia dan India atau ASEAN dan Asia.
Visi individu yang dapat ditawarkan dalam kesempatan ini ialah PMII pasca 2014 menyiapkan kondisi bagi PMII tahun 2030 untuk menjalin komunikasi dengan elemen bangsa yang stratejik, baik di lingkungan parlemen, korporasi, kementerian/lembaga dan kelompok pejuang societal lainnya. Tindakan komunikatif, seperti yang ditunjukkan secara afirmatif oleh Jurgen Habermas, ialah PB PMII menjalin komunikasi yang kritis dengan kekuatan kaum muda primus inter pares yakni kaum muda di China, Amerika dan ASEAN. Komunikasi yang kritis ini menunjukkan pewarisan atas semangat Mahbub Djunaedi di tengah kondisi perang dingin yang melanda Indonesia. Pada waktu itu PMII mengambil sikap untuk tidak terseret dalam permainan “bipolaritas perang dingin antara Amerika dan Sovyet”. Analogi dengan sikap Mahbub Djunaedi selaku ketua umum PB PMII di masa perang dingin, maka kedepan PB PMII juga menggunakan ajaran teologis keislaman dan kebangsaan untuk tidak terjebak pada situasi bipolar Asian Cold War dan G2 Condominium.
Dalam situasi perang dingin, PMII di masa lalu maupun di masa depan akan tetap membangun visi keislaman dan kebangsaan yang kritis terhadap kekuasaan represif atas nama “klaim negara agama”. Agenda “negara agama” yang diimpor dari konflik politik dan konflik bersenjata di negara lain sudah pasti harus ditolak oleh PMII karena sesungguhnya “klaim negara agama” hanyalah instrumen permainan perang dingin yang tidak menguntungkan masyarakat Islam dan warga negara Indonesia. Melihat pertimbangan “tren NIC”, maka probabilitas visioner yang diancang kedepan ialah:
Pertama, PMII 2014-2030 mempertahankan keislaman dan kebangsaan dengan tidak terjebak pada situasi perang dingin Asia yakni blok kompetitif yang diciptakan Amerika dan China.
Kedua, PMII 2014-2030 mempertahankan keislaman dan kebangsaan dengan tidak terjebak pada blok kompetitif antara koalisi Pakta-JIKAS (Jepang, India, Korea dan ASEAN) melawan Pakta China (plus Pakistan dan negara-negara kecil Asia Tenggara), dengan Amerika yang memainkan peran penyeimbang diantara kedua Pakta tersebut.
Ketiga, PMII 2014-2030 mempertahankan keislaman dan kebangsaan dalam tatanan bipolar kooperatif. Amerika dan China membentuk “kondominium” yang meletakkan kekuatan Amerika sebagai pilar stabilitas regional dan ruang kerjasama yang meminimalisir rivalitas antara kekuatan Amerika dan China.
Berlandaskan pertimbangan tren diatas maka visi individual yang saya renungkan untuk orientasi kedepan ialah tunggak semi (tumbuh kembang dan bersemi) tunas-tunas kader PMII dalam mengantisipasi kondisi multipolaritas Asia Tahun 2030. Tunas-tunas kader PMII dicitakan untuk mengalami tunggak semi dalam mewujudkan kader nahdliyin yang antisipatif terhadap kompetisi kekuasaan global di Asia sekaligus menjadi kader berkarakter “demokrat-militan” dalam memperjuangkan kepentingan warga negara.
“Visi PMII dalam situasi multipolaritas 2030 berakar dari visi keislaman dan visi kebangsaan.”
“Visi keislaman yang dicitakan PMII 2030 adalah visi keislaman yang inklusif, toleran dan moderat ditengah kompetisi kekuasaan global Asia.”
“Visi kebangsaan PMII mengidealkan kehidupan kebangsaan yang berlandaskan “demokrasi-militan” bagi warga negara.”
Misi/Siasat:
Gerakan Trans-kultural Berbasis Kampus dan Kawasan
Misi dasar PMII merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun material dalam segala bentuk.
Misi ialah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan institusi dalam upaya gerak kolektifnya untuk mewujudkan visi. Visi “Tunggak-Semi PMII dalam Asia Multipolar 2030” diwujudkan dalam arah sekaligus batasan proses pencapaian visi tersebut. Agar misi yang digagas secara individu oleh kandidat ketua umum PB PMII maka misi yang diuraikan berikut ini tetap menggunakan salah satu arah dan batasan misi organisasi yakni pembebasan bangsa Indonesia dari kemiskinan.
Berbeda dengan rumusan misi yang konservatif, makna dari “misi” dalam naskah ini lebih kepada ‘Siasat Pergerakan’. Siasat tidak sama dengan strategi. Siasat dimaksudkan sebagai keterlibatan kader PMII secara rutin dalam bentuk langkah-langkah konkret untuk segera mengubah kebiasaan yang berdampak buruk terhadap kebaikan hidup di kalangan kader. Lain halnya dengan strategi yang bersifat “teknokratis” dan “instrumental” dimana gagasan Visi dan Misi diturunkan lebih detail kedalam tindakan-tindakan yang dibatasi sedemikian rupa tetapi masih mengadung resiko perilaku sonambulist (berjalan kesana kemari tanpa arah yang jelas).
Ada beberapa lokus untuk membangun ‘Siasat Pergerakan’, yaitu Kampus dan Kewilayahan. Kampus dipilih sebagai lokus karena cuaca kultural di kampus semakin diwarnai oleh “ideologi-ideologi” impor yang terang-terangan anti-NKRI. Baik klaim ideologi impor yang mengambil haluan klaim “negara agama” dan meracuni mahasiswa maupun klaim ideologi impor yang menggerus etos tanggung jawab sebagai intelektual-santri menjadi intelektual-transaksional dengan elit yang korup. Sedangkan aspek kewilayahan dipilih sebagai lokus karena cuaca tren dan skenario kebijakan global dan nasional yang terarah Multipolar dan berpengaruh terhadap struktur organisasi PMII kedepan.
Sebagai gambaran, indeks globalisasi untuk Indonesia pada tahun 2012 menduduki urutan ke-90 yang jauh dibawah Malaysia (urutan ke-27). Dari indikator globalisasi, hanya globalisasi politik Indonesia (urutan ke-39) yang lebih tinggi daripada Malaysia (urutan ke-39), sedangkan indikator globalisasi ekonomi dan sosial Indonesia masih jauh tertinggal dengan Malaysia.
Pendekatan Trans-Kultural dipilih karena pendekatan ini menuntut keberanian untuk menggabungkan sikap yang militant antara kreativitas kader dan tradisi (nahdliyin), sampai tercipta makna baru sebagai generasi intelektual yang demokrat-militan. Demokrasi militan, meminjam istilah Habermas, menjunjung tinggi kepentingan warga negara diatas kepentingan transaksional dan perburuan rente (riba) bagi dirinya sendiri.
Gerakan Trans-kultural Kampus
Organisasi dunia SHELL dan beberapa ahli di Indonesia telah merumuskan Skenario Indonesia 2010-2050 yakni “Alon-Alon Asal Kelakon” dan “Nusantara Melaju”. Skenario “Alon-alon Asal Kelakon” berisi situasi Indonesia yang berkelit dari kebutuhan untuk mereformasi dirinya sendiri, bersikap reaktif terhadap tantangan dan fokus pada prioritas jangka pendek. Sedangkan “Nusantara Melaju” menunjukkan kisah skenario Indonesia yang maju terus dengan menjalankan reformasi.
Kader PMII hingga tahun 2014 semakin sadar dan terbuka terhadap isu-isu kekuasaan global yang berdampak panjang. Aspek pengetahuan di kampus semakin adaptif dengan isu-isu krisis Afganistan, China-Korea, Suriah sampai dengan Ukraina. Hal ini menunjukkan posisi kader PMII dalam skenario “Nusantara Melaju” sebagaimana dimaksudkan oleh SHELL. Akan tetapi, kondisi ini masih belum ditopang dengan kurikulum (kaderisasi) PMII yang spesifik membahas tren dan skenario global, sehingga upaya diskusi di kampus masih berjalan sonambulist. Kewajiban moral PB PMII ialah memperkokoh kurikulum kaderisasi PMII dengan melibatkan mitos, seni, teknologi, skenario global dan filsafat lokal ke dalam kurikulum kaderisasi.
Kader PMII di kampus-kampus yang berbasis ilmu teknologi semakin bertambah besar, akan tetapi kurikulum kaderisasi PMII masih berorientasi kepada software semata. Cuaca kultural kedepan dengan masuknya GOOGLE di Indonesia, industri gadjet dengan buruh dari rakyat Indonesia, serta kebutuhan eksperimental teknologi informasi, membutuhkan jaringan dari PB PMII untuk bersiasat bagi peningkatan kapasitas eksperimental hardware di lingkungan kader PMII.
Di lain pihak, kampus berbasis ilmu teknologi seringkali menjadi lahan bagi pemahaman yang sempit tentang keislaman dan kebangsaan sehingga PB PMII sesegera mungkin mengambil posisi untuk mengenalkan aswaja yang adaptif dengan kondisi “nalar instrumental” mahasiswa di kampus teknologi.
Kader PMII menduduki posisi penting dalam politik kampus, politik kepartaian, dan politik-deliberatif melalui organ NGO. Keterlibatan PMII memerlukan siasat sebagai think thank dalam perencanaan dan penganggaran pemerintah daerah. Opini umum yang dihasilkan kader berlanjut pada debat publik, proses kebijakan dan keputusan final.
Kader PMII perlu bergerak untuk serius memikirkan “krisis insinyur” (atau sebutan lain yang serupa) di kalangan kader. Setiap posisi yang telah diraih kader PMII di sektor-sektor publik pada akhirnya memerlukan keahlian dalam membangun infrastruktur bagi pelayanan publik.
PB PMII kedepan harus melakukan pendekatan trans-kultural di kalangan kampus (IAIN/UIN/STAIN dan kampus umum) untuk secara nyata menjaring kader-kader “insinyur” yang terposisikan pada kebijakan teknologi. Dalam dokumen (DRAFT) RPJMN 2014-2019 terdapat agenda elektrifikasi perdesaan 100% yang harus dibangun oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Hal ini membutuhkan ribuan “insinyur” atau lulusan kampus yang punya keahlian dalam teknologi dan minat khusus pada infrastruktur publik.
“Itulah visi-misi saya sebagai landasan perjuangan dan siasat pergerakan yang akan saya lakukan nanti kalau dipercaya sebagai ketua umum PB PMII,” ujarnya. (onk/ahay)
sumber, http://m.santrinews.com/Akhbar/Nasional/1192/Inilah-Visi-Misi-Muhammad-Zaini-Mustakim
Terkait Kongres, PMII Harus Lebih Baik
27 Mei 2014 17:26:31 Diperbarui: 23 Juni 2015 22:04:00
Reposisi kepemimpinan PMII secara nasional akan segera digelar, tepanya di Jambi pada tanggal 30 s/d 5 Juni mendatang. Dipastikan semua kelengkapan acara pun sudah disiapkan oleh panitia, baik panitia local ataupun nasional. Kongres PMII kali ini akan dihadiri oleh seluruh pengurus cabang se Indonesia yang tidak kurang dari 200 lembaga antar daerah kota dan kabupaten. Terkait kongres, hari ini sudah muncul beberapa kandidat untuk menjadi ketua umum PB PMII. Akan tetapi dalam hal ini penulis tidak akan menyebut siapa mereka (kandidat), yang pasti mereka adalah kader-kader PMII yang siap menggati posisi sahabat Adin Jauharudin selaku ketua umum PB PMII yang sekarang. Posisi seseorang untuk menjadi ketua umum di PMII memang menjadi dambaan semua kader-kadernya, bahkan hampir semua daerah sejauh ini juga sudah mempersiapkan kader terbaiknya untuk direkomendasikan nanti menjadi ketua umum PB PMII pada kongres di Jambi. Melalui kongres nanti, maka semua kader PMII di daerah berharap agar kondisi PMII selanjutnya lebih baik dari sebelumnya, dan harapan ini tentu akan bisa terjawab apabila peserta kongres tepat memilih seorang pemimpin. “jika ternyata kongres nantinya tidak bisa menghasilkan pemimpin yang diharapakan semua kader, maka jangan berharap terhadap kondisi PMII kedepan akan lebih baik”. Harapan demi harapan tentu menunggu sebuah realitas, dan realitas tersebut adalah jawaban dalam memenuhi segala harapan. Semua kader PMII berharap “baik”. Tetapi tidak semua harapan tersebut mampu mencetak jejak “baik”. Menyukseskan kongres dengan menghadirkan perserta representative dari masing-masing cabang se-Indonesia adalah sebuah realitas dari tindakan yang sebelumnya terlahir dari harapan baik oleh panitia kongres. Akan tetapi jika kehadiran sahabat-sahabat tersebut, justru karena ada oknum kandidat yang telah membiayai (transport) mereka dengan motiv-motiv tertentu, maka sikaf dari sahabat oknum ini pasti akan meninggalkan jejak tidak baik di PMII. “jangan salahkan peserta kongres berantam”, jangan salahkan peserta kongres tidak tepat menentukan pemimpin di PMII”, Jangan salahkan peserta kongres yang tidak serius menjalankan kongres, dll. Perkembangan terakhir terkait kongres, kandidat pun beragam asal. Ada yang dari Jawa, Sasak, Batak, Dayak, bahkan Bali, dll juga akan tampil mewarnai situasi kongres. Terlepas dari asal dan potensi yang dimiliki semua kandidat tersebut, akan tetapi dalam hal ini ada beberapa tawaran yang kemudian bisa menjadi syarat ideal bagi ketua umum PB PMII
Sumber, http://www.kompasiana.com/burex/terkait-kongres-pmii-harus-lebih-baik_54f72d3da33311d6748b45d3
Jelang Kongres PMII XVIII
15 Kader Terbaik Siap Rebut Ketua Umum PB PMII ========
Senin, 26 Mei 2014, 17:36
Para Kandidat Ketua Umum PB PMII berfoto bersama usai mendaftarkan diri di Kantor PB PMII, Jakarta, Ahad 25 Mei 2014 (dok/santrinews.com)
-------------------
Abdul Hady JM - SantriNews.com
Jakarta – Sebanyak 15 kader terbaik Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sudah resmi bakal bertarung dalam bursa perebutan ketua umum di arena Kongres PMII XVIII, di Asrama Haji, Jambi, pada 30 Mei hingga 7 Juni 2014 mendatang.
Hal itu setelah 15 kandidat itu resmi mendaftarkan diri pada hari terakhir pendaftaran, Ahad kemarin, 25 Mei 2014, di Kantor PB PMII, Jakarta.
“Sudah ada 15 kader dari berbagai cabang PMII yang mendaftarkan diri sebagai kandidat Ketua Umum PB PMII untuk masa khidmat 2014-2017,” kata Ketua Panitia Pengarah (SC) Kongres PMII XVIII, Abidurrohman, Senin 26 Mei 2014.
Berikut 15 nama kandidat tersebut:
1. A. Jabidi Ritonga (Medan)
2. Mukaffi Makki (Surabaya)
3. M Zaini Mustakim (Kota Malang)
4. Yek Agif Al Gadri (Mataram)
5. Abdul Aziz (Jombang)
6. M Zaid (Ciputat)
7. Ahmad Nurkholid (Ciputat)
8. Bambang Tri Anggono (Purwokerto)
9. Erfandi (Bangkalan)
10. Miftakhul Aziz (Yogyakarta)
11. Aminudin Ma’ruf (Jakarta Timur)
12. Ahmad Miftahul Karomah (Sintang)
13. M Faishal ((Sintang)
14. M Jaelani SF (Kendari)
15. Muammarulloh Umam (Sukabumi)
Cak Abid – panggilan akrab Abidurrohman, menjelaskan, 5 dari 15 nama kandidat itu tidak bisa hadir. Mereka mendaftar melalui online. Mereka adalah Muammarulloh Umam, A. Jabidi Ritonga, Ahmad Miftahul Karomah, M. Faishal dan Mukaffi Makki.
“Ada beberapa hal sehingga mereka tidak bisa hadir langsung. Ada yang masih konsolidasi di daerah. Sedang sahabat Mukaffi Makki tidak bisa hadir karena mertuanya meninggal,” ujar Abid.
Dari beberapa nama kandidat tersebut, ada empat nama dari dua cabang. Pertama, PC PMII Ciputat ada dua kandidat, yakni M Zaid dan Ahmad Nurkholid. Kedua, PC PMII Sintang, yakni Ahmad Miftahul Karomah dan M Faishal.
“Itu urusan masing-masing cabang. Saya tidak terlalu masuk di rumah tangga masing-masing kandidat,” Abid menjelaskan.
Karena, lanjut Abid, Ahad kemarin, hanya pendaftaran untuk acara lounching. “Soal persyaratan administrasi dan konsitusi di PMII, itu saat tahap pencalonan nanti di arena Kongres,” pungkasnya.(ahay)
sumber, http://m.santrinews.com/Akhbar/Nasional/1174/15-Kader-Terbaik-Siap-Rebut-Ketua-Umum-PB-PMII
Presiden SBY Akan Hadiri Kongres PMII ke-18 di Jambi
Sudir Putra | Nurul Fahmy - Selasa, 29 April 2014 - 13:40:13 WIB
HARIANJAMBI.COM, JAMBI - Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang ke 18 di Jambi pada 28 Mei 2014 mendatang direncanakan akan dihadirkan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono,
"Untuk pembukaan Kongres nanti akan dibuka oleh SBY," kata Ketua Pengurus Kordinator Cabang Wilayah Jambi Afriyoga Felmi, saat ditanya Harian Jambi (28/4).
Dia juga mengatakan, disusunan acara kongres ini, ada orasi tokoh nasional, yang akan disampaikan oleh mantan presiden, seperti BJ Habibie dan Megawati Soekarno Putri.
"Kita juga mengadakan sarasehan dengan tema "2014 Momentum Mewujudkan Substansi Demokrasi”," sampainya.
Dikatakannya, yang akan ikut hadir di acara tersebut adalah para Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, diantaranya Surya Darma Ali, Ali Maschun Musa, Nusron Wahid, dan Muhaimin Iskandar.
Di samping itu PMII juga mengundang Panglima TNI Jendral Muldoko, dan Kapolri Jendral Sutarman untuk mengadiri kegiatan seminar Hukum di acara seremonial Kongres tersebut.
" Kita juga mengundang Hatta Rajasa, untuk mengisi materi seminar Ekonomi," katanya.
Untuk acara seminar itu, dan kongres nanti, juga akan menghadiri tokoh nasional lainya, Ketua KPU Pusat Husni Kamil, Ketua DPD RI Irman Gusman, dan pengamat Politik Gun-Gun Heriyanto.
"Mereka sebagai pembicara di acara seminar ekonomi dan hukum nanti," pungkas Yoga.(*)
sumber, http://harianjambi.com/berita-presiden-sby-akan-hadiri-kongres-pmii-ke18-di-jambi.html#.U427IPmSwXc
Profil Kandidat Ketua Umum PB PMII : Abdurrahim Hasan Taftazani
Rabu, 16/04/2003
Jakarta, NU ONLINE, Merupakan calon termuda, yang lahir di Purbalingga, 13 Januari 1979 dan saat ini masih menjadi mahasiswa Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. Ia memiliki dua misi besar untuk mengembangkan PMII. Pertama adalah kaderisasi internal yang berkualitas sehingga dengan kaderisasi internal yang berkualitas, para anggota PMII bisa meningkatkan sumbangannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Keinginanya yang kedua juga berkaitan dengan tujuan pertama, ia ingin PMII secara institusional memiliki daya pesona untuk semua kalangan. Ia berkeinginan pihak-pihak lain senang dengan PMII. Untuk itu tiada jalan lain, kecuali harus menggalang hubungan eksternal seluas-luasnya dengan pihak lain dan tentu saja harus diiiringi kader-kader yang berkualitas. Keanggotannya di PMII dimulai dalam usia yang sangat muda, bahkan seharusnya belum dapat dikatakan sebagai anggota tetapi baru “anggota-anggotaan”. Ia telah mengikuti penerimaan anggota baru (MAPABA) pada kelas 2 SMA, karena persentuhannya dengan para aktivis PMII, setelah sebelumnya bersama kawan-kawannya membentuk IPNU di sekolahnya, sesuatu yang sebetulnya masih dilarang pada waktu itu. Semasa menjadi ketua PB PMII (2000-2003) ia tetap memiliki komitmen kuat, dan akan menjadi program utamanya jika ia terpilih menjadi ketua umum PB PMII, untuk melanjutkan program yang ia namakan “pengkaderan berbasis kampus”, sesuatu yang telah ia mulai sejak ia menjadi ketua umum PC PMII Purwokerto (1998-1999) ketika ia masih duduk di semester III, jurusan ilmu administrasi negara fakultas ilmu politik Universitas Jenderal Sudirman
Kehausannya akan dunia intelektual yang telah tumbuh sejak usia muda disalurkan melalui pembentukan forum kajian LAWAS (Lingkar Wacana Agama dan Sosial) yang membahas berbagai persoalan dari agama, sosial, sampai dengan politik. Disini ia tidak hanya bersentuhan dari dunia pesantren dan kitab kuning yang telah menjadi makannya sejak kecil, tetapi juga membahas bacaan lintas ideologi dan aliran yang tentu saja membuatnya memiliki cakrawala luas dalam memandang banyak hal.
Persentuhannya dengan masyarakat kecil, minoritas dan tertindas seperti kelompok anak jalanan, petani kecil, dan golongan Cina menyebabkan ia mendapat kehormatan diundang oleh Akademi Confusius untuk melakukan lawatan kebudayaan ke Hongkong, RRC dan Singapura dan kemudian memperoleh kesempatan untuk turut menghadiri Forum Asia Associate di Hongkong. Inilah yang menyebabkan banyak orang mencurigainya sebagai antek Cina, tetapi ia berkata “Tak apalah, orang boleh mengomentari apa saja, asalkan niatnya baik, akan menjadi baik”.
Usaha untuk memberdayakan para kader PMII telah dituliskannya dalam buku-buku “Pendidikan Kritis Transformatif PB PMII” yang ia susun bersama telam-temannya dan juga VCD Monogram PMII yang saat ini masih dalam penyelesaian. Pemikiran-pemikirannya tentang dunia ditulis dalam buku “Globalisasi” dan sebuah buku yang diluncurkan dalam arena kongres ini. (Mkf)
sumber, http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,32-lang,id-c,warta-t,Profil+Kandidat+Ketua+Umum+PB+PMII+++Abdurrahim+Hasan+Taftazani-.phpx